Friday, December 28, 2012

this fangirling thingy

liburan isinya cuma menghibur diri dengan berbagai foto bias di dashboard Tumblr. menghibur sih, menghibur banget. tapi kadang bikin sedih juga. kepikiran kenapa mereka bisa seajaib itu mukanya, kenapa mereka bisa seganteng itu (tanpa operasi), kenapa mereka bisa keliatan se-alami itu. trus sedih juga kapan ya bisa ketemu mereka, mana mereka ada yang gabisa bahasa inggris, susah juga kalo uda ketemu gabisa ngobrol. huff ngayal banget kan jadinya.

kepikiran, fangirling itu menyenangkan sebenernya. tapi kadang menyedihkan juga. berasa pungguk merindukan bulan banget. teriak teriak disini padahal yang disana juga ngga tau. senyum lebar dari telinga kanan sampe telinga kiri waktu liat mereka, merekanya juga ngga tau. berkaca-kaca waktu liat video yang menampilkan betapa ah-ma-zing-nya mereka,mereka juga gatau.
antara fangirling atau cinta dalam hati ya. kayaknya sama sih.

nih, salam dari si ganteng ganteng






*kembali tenggelam ke foto foto indah*

Thursday, December 13, 2012

after midnight


Akhirnya aku melihatmu lagi. Kehadiranmu terlalu nyata, hingga ketidaksadaranku pun tak mampu menahannya. Ia mendorong garis batas dan berusaha membangunkan kesadaranku, berusaha untuk sekedar menyentuhmu. Terimakasih telah datang meskipun hanya sebentar dalam ruang bawah sadar yang mempertemukan kita semalam. 

Wednesday, December 5, 2012

seandainya saja..

siang ini aku melihatnya disana. di pembaringan terakhirnya, terbaring namun masih saja terlihat gagah. kupikir cukup kemarin aku berduka mengenangnya, kenangan yang selama ini kurasa pahit ternyata bermakna. kupikir kegelisahanku akan berhenti setelah melihatnya untuk terakhir kali. ternyata aku salah lagi.

Pak Ino, dengan jas hitam terbujur kaku di peti mati itu. aku sudah gemetar sebelum melangkah mendekatinya. tiba-tiba saja aku merasa tak sanggup harus melihatnya dalam keadaan seperti itu. bukan dia yang seperti itu yang seharusnya ku temui. air mataku tumpah, wajahku memerah. 

aku bahkan tidak pantas untuk merasa menyesal. tapi hanya itu yang kurasakan sekarang.
seandainya dulu aku mau lebih dekat dengannya. seandainya dulu aku mau lebih sabar menghadapi dirinya. seandainya dulu aku tahu niat baiknya. seandainya dulu aku tak menghindarinya. seandainya saja..

kenangan tentangnya tersimpan sangat rapi dalam ruang memori semua orang yang mengenalnya. dia terlalu bermakna, dengan keunikan dan segala kelebihannya. sekarang aku hanya bisa diam, berandai dan merasa iri. iri pada semua orang yang pernah mengenalnya dengan baik. iri pada semua orang yang ia sayang dan ia perhatikan. iri dengan semua orang yang pernah berdiskusi segala hal dengannya. iri dengan semua orang yang pernah bercanda dan tertawa bersama dia. dan aku, kembali menyesali diri.

"aku ngga mau mahasiswaku jadi lulusan yang ngga berguna!"
"kalian ngga suka kan sama cara saya? tapi dengan begini kalian jadi belajar"
"kamu galau kenapa? kamu kan sudah mahasiswa, ini masa awal kedewasaanmu. harusnya kamu bisa menentukan pilihanmu sendiri."
"lho jangan nangis, von"

mungkin waktu itu aku masih buta, bahwa ternyata dia menunjukkan perhatiannya. 
sekali lagi maaf, Pak Ino. saya tidak bisa memutar kembali waktu untuk mengucapkan terimakasih dan menyampaikan maaf buat bapak, tapi saya cuma bisa berusaha menjadi seperti apa yang bapak ingin kami lakukan. seandainya saya bisa, saya mau bertemu dengan bapak hanya untuk sekedar berbagi j.co dan membicarakan hal-hal luar biasa yang bisa bapak bagikan kepada saya. 

sekali lagi, selamat jalan Pak Ino. kenangan tentang bapak pasti akan tersimpan rapi di salah satu loker memori saya. terimakasih sudah memberikan potongan cerita yang bisa saya bagikan ke orang lain dan anak-anak saya nanti.

Tuesday, December 4, 2012

harus hari ini

pagi ini bukan pagi yang suram untuk sebuah kehilangan. aku bahkan tak sempat merasakan peringatan atau sekedar perasaan janggal. pagi ini cukup cerah untuk diawali dengan tawa seisi kelas, yang ternyata harus diakhiri dengan kerutan di dahi semua mahasiswa saat dosen kami harus terburu-buru membubarkan kelasnya. "Pak Ino sakit" 

aku tak sempat menganalisa perasaan apa yang saat itu ada dalam hatiku. aku bingung, iya. aku takut, iya. aku senang? demi apapun, aku berusaha sekuat tenaga untuk tak membiarkan perasaan itu masuk ke dalam pikiranku. 

yang aku tahu, perasaan bersalah seolah menyelubungi diriku sejak pertama kali ku dengar berita beliau meninggal. aku masih ingat dengan jelas bagaimana beliau masih berdiri dan bicara dengan lantang siang kemarin di depan fakultas. aku masih ingat dengan jelas bagaimana beliau menatapku sinis terakhir kali aku mengecewakannya. aku masih ingat dengan jelas bagaimana beliau menasihatiku dengan suara lembut di petak kantor lamanya. aku masih ingat bagaimana beliau tertawa memintaku pulang karena lelah dengan rengekanku. 

dan aku merasa bukan hari ini. tapi harus hari ini.

"kamu pasti nyesel banget, dek"
mama tahu bagaimana keadaanku setiap pulang dari pertemuan di awal semester dengan beliau. bagaimana aku mengeluh, mengumpat, marah, sedih dan kecewa. dan mama tahu bagaimana perasaanku saat ini. 

aku menyesal. merasa bersalah. 
aku tahu apa yang beliau lakukan hanya demi kebaikanku. harusnya aku belajar dari apa yang dia berikan. bukan malah mengeluh dan dengan angkuhnya merasa lebih benar. bullshit, kalau kata Pak Ino. 

siang ini mendung, mungkin langit ikut berduka karena kepergiannya. air hujan menyampaikan setiap rasa kecewa dan kehilangan atas hilangnya figur pendidik di psikologi. 

maaf, pak. saya bahkan tidak menjanjikan apapun untuk bapak. saya belum bisa menjamin apapun untuk bapak. terima kasih atas satu tahun ini, terimakasih atas semua persepsi dan perasaan yang bapak timbulkan pada diri saya. semoga bapak diterima dengan tenang di sisi-Nya..

Monday, December 3, 2012

so do I

"suaramu menghapus rinduku tiap detik berlalu, setelah suaramu berhenti, rinduku menumpuk kembali, 
aku rindu kamu saat ini .."