Saturday, March 24, 2012

sepertinya memang salah

ada yang salah dengan kata idealis, sepertinya. pikiran ini masih saya menghuni kepalaku sampai menghasilkan berbagai pertanyaan dan hal-hal kecil yang ternyata tak mau diusir. aku sendiri tak ingin berlama-lama memeliharanya di dalam kepala, tapi entah kenapa, mungkin karena pemikiran itu belum menemukan jawabannya sampai saat ini. beberapa tahun yang lalu, ada yang bilang kalau aku terlalu idealis. aku sendiri sama sekali tidak pernah menganggap diriku begitu, hingga saat itu. lalu sebuah pertanyaan muncul di kepalaku, kepala remaja labil yang masih belum tahu kalau di depan sana masih banyak yang harus ia temui, selain dunia anak bawang yang ia jalani saat itu. "apa yang salah dengan idealis? lalu kenapa kalau aku idealis?"

sampai detik ini, aku masih merasa kalau pertanyaan itu tetap ada. meskipun ternyata, seiring berjalannya waktu dan seiring banyaknya peristiwa yang melibatkan ke-idealisme-an yang ku punya, aku sering goyah. lebih seringnya aku malah berdebat dengan diriku sendiri, kenapa aku masih bertahan dan kenapa aku membiarkan prinsip itu dilanggar. kadang aku menertawai diriku sendiri, kadang aku tak memahami apa yang diriku mau. kadang aku merasa idealisme itu terlalu tinggi dan kadang aku merasa seharusnya aku tak begitu. kadang aku berpikir kenapa aku malah bersusah payah tersenyum ketika isi kepalaku saling melempar argumentasi tentang apa yang terjadi di depan mataku. kenapa aku tak membiarkan saja hal itu terjadi dan melupakan segala hal tentang idealisme mengenai hal itu.

jawaban yang ku dapat tak pernah bisa memuaskan pertanyaan-pertanyaan itu. jawaban pertama, aku tipe pemikir dan karena itulah akan sulit bagiku melepaskan semua pikiran tentang idealisme yang selama ini kupegang. aku akan selalu merasa bahwa itu bukan hal yang tepat untuk dilakukan, menghilangkan segala idealisme. dan aku akan selalu berpikir kenapa hal itu harus dihapuskan, kenapa bukan di kompromikan saja. 
dan jawaban kedua, kata orang tak selamanya idealisme itu bisa dikompromikan. suatu saat aku harus mau mengalah dengan keadaan dimana lingkungan itu tak bisa membiarkan sebuah idealisme dijalankan. karena nyatanya, saat ini mungkin idealisme itu sendiri sudah tak ada, terlalu sulit untuk seseorang mempertahankannya.

dan kadang, aku juga merasa ketika aku harus mengalah dengan beberapa keadaan itu, yang kulakukan bukan mengalah. tapi hanya sekedar menggunakan topeng yang menutupi apa yang sebenarnya kuinginkan. kelamaan aku lelah. menyangga topeng bipolar yang harus kutunjukkan pada mereka. berdebat dalam hati dengan perasaanku sendiri. dan membawa lagi pikiran-pikiran itu untuk kembali dipertanyakan di lain waktu.

seperti api yang terlalu mudah disulut, aku terlalu mudah terdistraksi. 

No comments:

Post a Comment