aku pernah ada dalam keadaan yang kuanggap tak menyenangkan. bahkan kadang lebih dari itu. hal yang paling sering kulakukan saat itu pasti menangis, jurus utama. tapi semakin lama kurasa itu bukan lagi hal yang baik untuk dilakukan. saat ini, masa dewasa awal katanya. saat kehidupanmu mulai berada dalam satu titik dimana masalah bagaikan cuaca yang datangnya silih berganti, menentukan pilihan adalah tugas sehari-hari dan bertanggung jawab merupakan beban yang selalu ada di pundak.
aku sudah melakukannya, maksudku melakukan kompromi dengan suasana ini. tapi culture shock itu ada saat aku tak siap menerima cara hidup berbeda dari apa yang selama ini kujalani. Jetlag itu terasa saat pesawat kehidupan yang kutumpangi akhirnya sampai pada suatu tempat yang amat jauh, terlalu jauh dari kampung halamanku. aku masih merasa rapuh ketika harus lagi-lagi dihadapkan pada masalah baru, pilihan baru dan tanggung jawab baru.
masa awal kedewasaan, ketika aku bukan lagi remaja tapi juga masih belum dewasa. sayangnya, masa ini terlalu banyak membawa kenyamanan masa remaja yang terlalu melambungkan impian. aku terlalu lama ditimang-timang oleh rutinitas 'main-main' sampai lupa masih ada hal lain yang menunggu di ujung gerbang keluar masa itu. aku masih berpikir bahwa nantinya masih akan ada seseorang yang menuntunku, menggenggam tanganku saat aku harus melewati masa-masa sulit di tahap baru ini.
ini bukan sekedar naik level kuis parampaa, yang bisa minta tolong orang lain yang sudah expert untuk membantu melaluinya, atau mencari cheat-nya di google. bukan sekedar naik level makan maicih yang bisa minta dibantu orang lain untuk menghabiskannya. bukan.
dan saat aku sadar bahwa ini semua bukan kuis parampaa ataupun makan maicih, rasanya aneh. aku mencari orang yang sudah expert untuk membantuku, aku mencari orang-orang yang mau membantu menyelesaikan masalah ini, tapi aku tak menemukannya. saat aku sadar aku masih merasa terlalu lemah untuk berdiri sendiri, aku ingin menangis. kupikir bukan lagi saatnya mencari orang lain untuk menjagaku tetap berdiri. akan lebih baik jika aku belajar dari mereka, bagaimana orang-orang itu bisa berdiri dengan kaki mereka sendiri.
aku harus belajar lagi. mungkin butuh waktu yang tidak sebentar untuk menyesuaikan diri. dan ternyata, aku masih butuh mereka. orang-orang yang saat mereka ada bisa memberikan kekuatannya padaku. atau setidaknya bisa ku bagikan kisah-kisahku.
No comments:
Post a Comment