Matanya masih menatap dalam mataku. Sepertinya ini sudah keseratus atau keseribu kalinya aku tenggelam kedalam mata indahnya. Dia tak mengucapkan sepatah katapun, hanya diam menatapku. Sudah hampir satu menit kami saling pandang seperti ini. Membuatku semakin tenggelam dan hilang kedalam mata indahnya.
Tiba-tiba ia mengulurkan tangannya. Aku menatap sebentar ke arah telapak tangannya yang menghadap ke atas, seperti meminta sesuatu kepadaku. Aku tak mengerti maksudnya, kemudian menatap matanya dengan pandangan bingung. Ia mengarahkan matanya ke telapak tangannya yang masih terbuka, seperti menyuruhku untuk melakukan sesuatu dengan telapak tangannya.
Kujulurkan tanganku. Perlahan kudekatkan pada telapak tangannya yang masih diam disana menunggu. Aku meletakkan telapak tangan kanan ku perlahan diatas telapak tangan kanannya. Kulihat senyum mengembang di wajahnya. Kemudian perlahan ia berdiri dari tempat duduknya semula, menarikku untuk ikut berdiri sambil masih menggenggam tanganku. Aku masih tak mengerti apa yang akan dia lakukan.
Saat aku sudah berdiri dihadapannya, ia menarikku lebih dekat. Senyumnya belum hilang, malah sepertinya kali ini berubah menjadi senyum nakal ketika ia melihatku semakin bingung dengan apa yang sedang dilakukannya. Tangan kanannya masih menggenggam tangan kananku. Kemudian perlahan tangan kirinya menarik tangan kiriku ke bahunya. Hey, jantungku berdetak semakin kencang.
Matanya menatap mataku, jantungku semakin tak karuan. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu di pinggangku. Oh, tangan kirinya sekarang berada disana. Sepertinya kali ini pipiku mulai bersemu kemerahan. Aku menundukkan kepala takut ia melihat wajah maluku.
"Dance with me, will you?" akhirnya dia berbicara. Dan... apa katanya barusan?
"Kan ngga ada musiknya?" aku cuma bisa mengatakan itu. Masih dengan kepala menunduk.
Sesaat kemudian tangannya meraih daguku, perlahan ia mendongakkan wajahku dan memperlihatkan senyum manisnya lagi.
"Jangan malu, bisa kok meskipun ngga ada musiknya." ia kembali meraih pinggangku.
Aku masih menatap wajahnya dengan bingung. Kemudian kurasakan perlahan ia bergerak ke kanan, menuntunku mengikuti gerakannya. Kami bergerak bersama-sama, ke kanan dan ke kiri perlahan-lahan. Aku mencoba mengikutinya. Ku tarik tangan kiriku dari bahunya dan beralih memeluk pinggangnya. Kuberanikan diri untuk merebahkan kepalaku di dadanya.
Aku terkejut sesaat. Kemudian senyumku mengembang ketika semakin lama aku mendengarkan detak jantungnya. Kami masih bergerak bersama-sama dengan gerakan yang semakin teratur. Aku mengerti sekarang, detak jantung kami berdua adalah musiknya. Kami bergerak beriringan seiring detak jantung kami yang sama-sama lebih cepat dari biasanya.
Rasanya nyaman.
"Ini musik terbaik yang pernah aku denger." kataku pelan di dadanya. Sesaat kemudian aku merasa kalau dia tersenyum ketika mendengarku bicara.
"Dan kamu adalah penari terbaik yang pernah ada." aku merasakan bibirnya mengecup ujung kepalaku pelan.
No comments:
Post a Comment