Wednesday, August 3, 2011

Jauh di Dalam Sana

Aku tergeletak lemah. Berbaring miring dengan posisi tangan dan kaki yang saling bertumpuk. Rasanya setiap otot-otot di tubuh ini tak mau bekerja sama dan mendengarkan perintah otakku. Pelan-pelan aku membuka mata. Merasakan setiap gerakan kelopak mataku yang lemah.

Setelah berjuang keras membuka mata, aku hanya bisa melihat sejauh jangkauan bola mataku. Kepalaku masih berat dan sulit untuk digerakkan. Tempat ini gelap, benar-benar gelap, jika aku tidak sadar telah membuka mata, mungkin aku masih berpikir kalau aku dalam keadaan terpejam. Rasanya dingin dan lembap. Dimana ini?

Jika dalam keadaan normal, maka seharusnya aku mencari tahu dimana aku saat ini dan mencari jalan keluar untuk kembali pulang. Tapi ini benar-benar bukan keadaan normal. Rasanya terlalu lelah dan lemah. Lelah untuk memaksakan otakku berpikir dan lemah untuk menggerakkan seluruh saraf dan otot badanku.

Aku terdiam lama ditempatku berbaring. Tak ingin bertarung melawan diriku sendiri dengan memaksanya bergerak. Sepertinya lebih baik begini. Sudah lama badan ini tak mendapatkan waktu istirahatnya. Dan sudah sangat lama sejak otak ini mengistirahatkan diri dari hal-hal yang membuatnya bekerja dengan keras. Mungkin saat ini mereka sedang bergembira karena dibebaskan dari rutinitas membosankannya. Aku sendiri, entah kenapa merasa tenang walaupun dalam keadaan seperti ini. Kupejamkan kembali mataku, mencoba membuat diriku sendiri melepaskan penat yang selama ini kurasakan.

Mataku terbuka dengan tiba-tiba ketika menyadari sesuatu. Tempat ini amat gelap dan sunyi. Kegelapannya seperti menenggelamkanku dalam pusaran tak berujung, walaupun aku mencoba membiasakan mataku melihat tanpa cahaya. Dan kesunyian ini. Semakin lama malah semakin bergaung di tempat ini. Kesunyian ini terlalu keras hingga memekakkan telinga. Aku mulai merasa tidak tenang. Tapi badanku masih belum bisa digerakkan.

Tiba-tiba ingatan-ingatan itu muncul kembali. Menamparku dengan setiap detilnya. Aku merindukan saat-saat itu. Saat semuanya terasa ringan dan membahagiakan. Aku merindukan wajah itu. Wajah dengan tatapan mata yang dalam dan tenang, wajah dengan senyum lebar yang membuatku ikut tersenyum. Aku merindukan suara itu. Suara yang tenang dan pelan. Suara yang membuatku tersenyum setiap kali mendengarnya. Aku ingin kembali. Aku ingin pergi dari tempat ini.

Kukumpulkan tenagaku. Kupaksakan setiap jengkal tubuhku untuk bergerak mematuhi perintahku. Kulawan semua rasa lemah dan berat yang kurasakan. Ayo bergeraklah!
Suara dikepalaku terus menerus meneriakkan keinginannya untuk bebas dari tempat asing ini. Tapi rasanya aku kehilangan kendali terhadap tubuhku sendiri. Sekuat apapun aku mencoba, tetap saja tak ada yang bisa digerakkan. Aku merasa semakin tenggelam dalam keadaan ini. Mungkin aku sudah tak bisa kembali. Mungkin disinilah aku harus tinggal. Sendirian, kesepian dan kedinginan.

No comments:

Post a Comment