Monday, October 17, 2011

me want cattell back

Berawal ketika berakhirnya acara Pengukuhan Mahasiswa Baru Universitas Airlangga pada 15 Agustus 2011 yang lalu, aku mengenal mereka. Entah itu sebuah kebetulan atau memang takdir yang menentukannya. Ketika Fakultas Psikologi memiliki budaya tersendiri mengenai pengkaderan, yang akhirnya menempatkanku pada sebuah kelompok kecil bernama Raymond Cattell.
Sore itu pertama kalinya kami berkumpul dan berkenalan. Sepuluh orang anggota kelompok dan satu fasilitator atau yang biasa di sebut sebagai fastor yang mendampingi kelompok kami selama masa Student Day-Psycho Camp. Awalnya terasa biasa saja, malah terkesan lebih canggung karena kami belum saling kenal. Dan aku bahkan tidak pernah berpikir akan jadi seperti apa kelompok kami nantinya. Hari itu kami saling memperkenalkan diri masing-masing.
 
Geo Prasada Amriel, Brian Pradipta Anjasmara, Rafdi Luthfan, Andiantina Maharani, Lia Syafaatul, Vonny Pricelia, Silmi Mawaddah, Ayu Amaliyah, Rizka Fadila, Rr. Pradyta Larashati dan seorang fastor yang biasa kami panggil mas Izul (maaf aku lupa nama panjangnya :p )

Kurang lebih selama dua bulan, kelompok kami bekerja bersama, berkumpul, berbagi cerita, tertawa, karaoke, bercanda dan banyak hal lainnya. Dan ternyata, kebersamaan kami menjadi lebih dari sekedar kelompok ospek. Semakin lama, mereka menjadi lebih dari sekedar teman. Waktu yang kami miliki terasa berharga dan sulit untuk dilupakan. Raymond Cattell adalah kami dan tetap kami ,meskipun rasanya terdengar egois.
Sebelum Student Day hingga sebelum Psycho Camp, kami masih melakukan semua kegiatan bersama-sama. Mas Izul juga pernah bilang kalau nantinya kami harus jadi kelompok paling hebat di PC, kelompok yang paling kompak dan tidak pernah kalah. Perlahan, bayangan tentang PC mulai terbentuk di pikiranku, bayangan tentang bagaimana kelompok kami akan melewati empat hari yang ditunggu itu, dan bayangan tentang bagaimana rasanya melewati PC bersama mereka. Semua berjalan lancar, hingga PC tiba.

Kelompok kami dirubah. Semua kelompok diganti.
Aku harus beradaptasi lagi dengan orang-orang baru. Aku harus belajar memahami orang-orang dalam kelompok baruku. Dan aku harus melewati PC dengan orang-orang yang belum terlalu kukenal. Aku tidak lagi bersama Raymond Cattell. Ketika itu, aku hanya berpikir bahwa inilah yang harus kuterima. Aku harus mau menjalaninya.
Hari pertama PC, kelompok baruku sudah bisa membaur dan saling bekerjasama. Aku tidak pernah bertemu dengan teman-teman kelompok lama ku selama acara, kecuali ketika waktu istirahat yang notabene lebih sering kuhabiskan dengan tidur. Hari kedua PC, kelompok baruku sudah semakin kompak dan menyenangkan. Tapi masih saja ada yang ganjal dalam pikiranku.
Aku bertemu Laras ketika kami akan melakukan katarsis, aku mendengar ceritanya tentang bagaimana ketika ia sakit di tengah jalan, tiba-tiba Geo datang menghampirinya. Aku bercerita bagaimana setiap harinya aku selalu mengulang kata-kata "coba bisa kayak gini sama Cattell" di kepalaku. Entah kenapa, membicarakan hal itu bersama Laras membuat air mataku memaksa untuk keluar. Kehilangan waktu-waktu berharga di PC bersama Cattell semakin terasa.
Aku iri dengan mereka. Kelompok Cattell yang baru. Aku iri ketika melihat mereka tertawa bersama, berbagi cerita dan bercanda bersama mas Izul. Aku ingin mereka adalah kami. Kami yang selalu tertawa bersama-sama ketika berkumpul, kami yang sering menertawakan mas Izul, kami yang sering mengolok-olok mas Izul dan kami yang tidak pernah bisa diam ketika sedang berkumpul.
Hari ketiga, tiba-tiba kami disuruh kembali lagi pada kelompok awal kami. Rasanya seperti kembali ke tempat dimana seharusnya aku berada. Aku bertemu mereka lagi, orang-orang yang jarang sekali kutemui selama PC. Melihat mereka satu persatu, rasanya ingin sekali mengulang PC ke hari pertama dan melewati semua acaranya bersama mereka. Aku merindukan kebersamaan kami. Tapi hari ketiga adalah saat dimana kami harus pulang ke Surabaya. Waktu yang kami lewati bersama sangat sedikit dibandingkan PC dua hari sebelumnya. Tapi aku tetap bersyukur masih bisa kembali dengan mereka. Kami masih memiliki tawa itu.

Raymond Cattell bukan hanya sekedar kelompok. Kuharap kami bisa terus menjaga hubungan ini sampai seterusnya. Terutama mas Izul, meskipun dia paling menyebalkan, tapi menurutku dia adalah fastor terbaik yang kami miliki. Karena dia juga kami bisa jadi seperti sekarang. Sialnya, dia berhasil membuatku iri dengan kelompok barunya *sigh* .Tapi, bagaimanapun juga, Cattell tidak akan ada gantinya, meskipun ada yang baru, Cattell tetap kami dan masih kami.

PC was great, but it would be greater if I spent with you guys, Cattell .

1 comment: