Beberapa hari yang lalu bikin ribut lagi nih haha .Lagi-lagi bermasalah sama yang namanya 'guru'. Udah kelas 3 gini, bikin sensasi mulu. Tapi ini bukan sensasi sih sebenernya, lebih tepat kalo dibilang penerapan demokrasi dalam sistem pendidikan disekolah. Ini udah 2011, globalisasi udah menjalar kemana-mana, sekolah tinggal ngitung hari, eh yang namanya guru tanpa tanda jasa makin hilang ditelan jaman. Kalo kata Nagabonar, "Apa kata dunia?"
Ceritanya, ada satu guru disekolah yang menurutku dan beberapa anak yang niat sekolah guru ini bisa dibilang makan gaji buta atau biasanya kita bilang magabut. Kenapa kita bilang dia magabut? Karena dia ngga pernah ngajar, oke ,sebenernya bukan ga pernah tapi jarang. Jadi nih, kalo dia dateng ke kelas pas lagi jam nya dia ngajar, setelah masuk dia bakalan duduk di bangkunya, trus diem beberapa menit ngeliatin anak-anak. Setelah puas liat-liat, dia bakalan manggil salah satu anak yang menurut dia enak dijadiin santapan dia buat dihina dina. Dia bakalan ngehina itu anak sampe diketawain anak-anak satu kelas, trus setelah puas dia bakalan ganti cari santapan lain. Dia emang pernah ngasih materi dikelas, tapi pada akhirnya semua materi yang dia kasih cuma berujung pada hinaan-hinaan dia buat anak-anak yang menurut dia bikin onar dikelas.
Kadang setelah dia ngasih materi dan ternyata jam pelajarannya belum abis, dia bakalan bingung banget ngeliatin jam dinding. Bolak-balik nanyain jam berapa dia selesainya, kapan dia bisa pulang, kenapa bel nya ga bunyi-bunyi, dan bla bla bla lainnya. Tapi dari seluruh jam ngajarnya dia, mungkin bisa dibilang hanya 40% bagian dia ngasih materi dan 60% nya cuma buang-buang waktu dengan melakukan kegiatan ngga penting kayak tadi, menghina dina murid-muridnya. Mungkin menurut dia itu lucu, tapi bagi mereka yang pernah dihina dan jadi bahan olok-olokan, kata-katanya masuk sampe ke hati.
Ini dialamin sama salah satu temenku. Dia bilang dia pernah diolok-olok didepan anak-anak kelas lain padahal dia ga ngerasa ngelakuin apa-apa yang bikin guru itu marah, tiba-tiba aja pas dia lewat didepan kelas itu dia langsung jadi sasaran hina dina guru tersebut. Aku ikut sakit hati ,masalahnya kata-katanya itu bener-bener bukan kata-kata yang pantes buat diucapkan oleh seorang guru.
Inilah yang menurut kita perlu untuk diprotes. Ketika siswa semakin dituntut untuk berpengetahuan lebih, tetapi guru pengajarnya malah tidak bisa diharapkan. Ketika siswa semakin dikejar waktu untuk menghadapi berbagai ujian, tetapi guru pengajarnya bahkan tak pernah mengajarkan kebaikan untuk mereka. Ketika siswa dituntut untuk memiliki sikap sopan santun, tetapi gurunya malah mengajarkan sikap kasar dan tidak berpendidikan. Ketika siswa dilarang berbicara kotor dan kasar, tetapi guru pengajarnya malah terang-terangan meneriakkannya didepan mereka.
Jadi salah siapa ini ?
Jika siswa yang dituntut berpengetahuan lebih menjadi kurang pengetahuan. Jika siswa yang semakin dikejar waktu menghadapi ujian tidak memiliki persiapan cukup. Jika siswa yang dituntut bersikap sopan dan santun malah sering tidak menghargai dan menghormati orang lain. Jika siswa yang dilarang berbicara kotor malah semakin lancar memaki orang lain. Salah siapa ini ?
"Guru = digugu lan ditiru" kata orang Jawa. Kalimat ini jelas-jelas memiliki maksud bahwa seorang guru adalah sosok yang patut untuk menjadi panutan dan ditiru setiap tingkah lakunya oleh murid-muridnya. Kenapa harus dijadikan panutan dan ditiru ?Karena selama ini gurulah yang menjadi orang tua kedua bagi seorang anak. Sudah selayaknya mereka bertindak seperti orang tua yang mengajarkan segala hal baik bagi anak-anaknya agar kelak mereka menjadi apa yang diharapkan.
Lalu, jika seorang guru yang akan dicontoh dan ditiru malah bertindak sewenang-wenang, berkata-kata kasar didepan muridnya, tidak mau menerima pendapat orang lain serta tidak mau mengaku salah ketika ia memang melakukan kesalahan, siapa yang harus disalahkan ketika murid tidak lagi memiliki etika dalam berbicara, tidak lagi memiliki semangat bersekolah dan tidak lagi memiliki panutan yang benar ?
Jadilah beberapa hari yang lalu aku dan dua orang teman lainnya memberanikan diri mengungkapkan uneg-uneg kami pada guru tersebut. Aku mengingatkan tentang kata-kata kasar yang tidak sepatutnya dia ucapkan didepan muridnya dan bagaimana seharusnya dia bersikap sebagai seorang guru yang memiliki beban tanggung jawab mendidik setiap muridnya menjadi pribadi yang benar. Seorang teman lain mengingatkan tentang bagaimana dia seharusnya menggunakan jam pelajarannya dengan baik dan efektif tanpa terlalu banyak melakukan hal-hal tidak penting seperti membuat beberapa anak menjadi bulan-bulanan seluruh kelas. Dan apa yang dia katakan?
"Setiap orang mempunyai pendapat yang berbeda, aku punya pendapat, kamu punya pendapat. Terserah kamu mau mikir aku kayak apa, aku ga peduli sama omongan orang. Kalo aku kayak gini yaudah, ya ini aku. Aku memang kasar, ya sudah, kalo memang ada yang gasuka terserah mereka. Anjing menggonggong kafilah tetap berlalu."
Secara garis besar seperti itulah inti jawaban yang kami terima. Dan yang ada dipikiranku saat itu adalah :
Seperti inikah jawaban dari seorang guru yang seharusnya menjadi panutan bagi generasi penerus bangsa ini ?Harus seegois itukah guru dalam menerima pendapat muridnya ?Bagaimana bisa dia sering mengatakan generasi seperti kami yang dapat merusak tujuan negara Indonesia, jika panutan kami tidak memberi contoh yang benar pada kami ?
No comments:
Post a Comment