Don't let go on us tonight
Love's not always black and white
Haven't I always loved you?
malam ini kami kembali ke tempat pertemuan pertama kami. gerai kopi mungil yang terletak di lantai ketiga sebuah mall yang baru saja dibuka. aku masih ingat dengan sangat jelas, bagaimana malam itu dunia seperti melakukan sebuah konspirasi ketika tiba-tiba aku bertemu dengannya. ketika kami tak sengaja saling bertukar pandang. ketika aku sedang mengagumi interior gerai baru ini. ketika dia sedang duduk sendiri dengan secangkir latte di mejanya. ketika yang kemudian terjadi adalah aku menyukainya. terdengar cheesy memang, itulah kenapa kubilang dunia berkonspirasi. aku tak pernah merasakan cinta pada pandangan pertama dan sepertinya itu yang terjadi padaku kala itu. aku suka dia. gadis mungil berambut coklat dengan lesung pipi yang muncul setiap kali ia tersenyum.
gadis itu yang saat ini duduk berhadapan denganku. sudah satu tahun sejak pertemuan pertama kami dan sekarang kami datang sebagai sepasang kekasih. aku tak lagi harus memandangnya dari kejauhan. kali ini ia tepat dihadapanku. rasanya sudah berbulan-bulan sejak terakhir kali kami ke tempat ini. dan aku masih belum tahu kenapa malam ini ia memaksaku datang lagi kesini. sepertinya kali ini ada yang berbeda. aku memperhatikan kerutan di atas alis matanya tak kunjung hilang sejak kami memasuki gerai ini. aku belum memulai pembicaraan. kurasa dia yang ingin menyampaikan sesuatu malam ini. dan kurasa aku harus bersiap-siap untuk kembali menjadi pendengar yang baik dan berusaha menjadi pemberi solusi yang bijaksana lagi.
"jadi ... ada cerita apa hari ini?"
***
dua cangkir kopi yang masih panas baru saja diantar ke meja kami. aku memandangi warna kecoklatan dari latte yang ku pesan. wanginya sedikit menenangkanku. ku rebahkan punggungku pada sandaran sofa. dia masih saja bersikap tenang. memang seperti itulah dia yang ku kenal. selalu tenang dan santai. aku masih belum tahu harus dari mana memulai pembicaraan malam ini. melihatnya duduk di depanku dengan pandangan lembut itu, sedikit membuyarkan kata-kata yang sudah ku siapkan sejak siang tadi. aku masih saja belum kebal dengan perlakuannya yang seperti itu. meleleh. itu kata yang sering ku gunakan untuk menggambarkan kelemahanku pada sikap lembutnya.
sejak tadi ia sering mengangkat alisnya, kebingungan. tentu saja dia bingung, malam ini aku memaksanya untuk bertemu di sini. di tempat kami bertemu pertama kali. di tempat aku pertama mengenal laki-laki yang tanpa basa-basi meminta ijin untuk duduk satu meja denganku. di tempat dia pertama kali memperkenalkan diri, masih dengan pembawaan tenangnya. di tempat kami mengikat janji untuk saling memiliki.
kenangan itu masih tersimpan rapi dalam ingatanku. memori manis tentang kami, tentang laki-laki di hadapanku ini, tentang betapa menyenangkannya hubungan ini dan tentang betapa inginnya aku selalu bersama dia. kenangan yang kemudian harus berhadapan dengan kenyataan yang berusaha menyingkirkannya. kenyataan yang baru aku tahu kemudian bahwa hubungan ini tak seindah yang ku bayangkan. kenyataan bahwa selama ini aku hanya berusaha menutupi kekosongan yang sedikit demi sedikit berubah menjadi celah antara aku dan dia. kenangan itu, seperti coffee latte, manis susunya mengaburkan rasa pahit dari kopi di dalamnya.
"jadi ... ada cerita apa hari ini?" ia melipat tangannya di atas meja. bersiap untuk mendengarkan.
......